NO REPRESS PART II

Nampaknya saya cukup menyalahgunakan blog ini. Saya hampir lupa dengan tujuan awal kenapa saya bikin blog ini. Maksud dan tujuan saya di awal adalah untuk mencurahkan berbagai perasaan yang saya repress saat ini, oleh karena itu di salah satu postingan saya ada yang judulnya NO REPRESS. Well, nggak masalah juga sih agak menyimpang dari tujuan awal, yang penting blog ini isinya positif-positif aja dan bermanfaat untuk semua orang ;)

Hm.. nampaknya untuk saat ini saya ingin sekali tema postingan kali ini kembali ke tujuan awal, yakni NO REPRESS. Terus terang saat ini saya sedang merasa cemas. Hmm.. Sekitar satu bulan yang lalu saya mendapati ada suatu benjolan di payudara sebelah kiri. Begitu menyadarinya, saya langsung deg-deg'an banget waktu itu. Kalau tidak salah sampai keluar keringat dingin saking paniknya, karena yang saya bayangkan adalah kanker payudara :(. Saya pun akhirnya menceritakan apa yang saya alami kepada ke dua orangtua saya, dan mereka menyarankan untuk memeriksakannya kepada dokter yang ahli dibidangnya. Namun lagi-lagi karena kesibukan saya mengurus skripsi (dalam artian sibuk mengerjakan revisi dan kadang bimbingan), serta saya yang pulang rumah hanya pada waktu weekend membuat saya 'belum sempat' untuk periksa hingga detik ini. Ayah saya sempat mengira kalau benjolan tersebut hanyalah kelenjar, namun beliau juga tidak yakin. Saya nggak tau juga sih, maksud beliau ngomong seperti itu apakah untuk menenangkan saya.. hehehhee... 

Kecemasan saya semakin menjadi ketika suatu sore saya sms-an dengan Sasa (teman saya dari SMP). Saat saya sms, tiba-tiba dia bilang kalau kakaknya habis operasi dan ternyata operasi tumor. Saya agak bertanya-tanya, tumor apa ya? lalu saya tanyakan. Sasa pun membalas sms saya, dan dia mengatakan bahwa kakaknya kena TUMOR PAYUDARA. Kemudian Sasa juga menjelaskan kalau benjolan yang ada di payudara kakaknya itu sudah besar, dan kalau misalnya kecapaian maka payudara terasa sakit/nyeri. Wuaaaa saya makin takut waktu itu dan jadi kepikiran (sampai sekarang). Terus katanya juga kalau tumor payudara itu nggak musti karena faktor heredity (keturunan), tapi karena pola makan juga. Katanya nggak boleh makan bebek, ayam, dan bebakaran gitu. Padahal bebek kan favorit aku banget T.T

Nah, saya akhirnya cerita ke bapak saya. Kemudian beliau menghubungi salah seorang temannya yang kebetulan tahu menahu soal dokter yang ahli tentang benjolan-benjolan, lalu direkomendasikanlah ke dokter yang bernama Anti atau Widyanti Soewoto (sengaja pilih perempuan, you know lah). Sore nya sekitar jam 6 saya dan bapak saya pergi ke rumah dokter tersbut. Tapi sayangnya, si dokter baruuuuuuuuuuuuuu aja pergi :(. Jadi intinya dia nggak di rumah. Bapak saya agak kecewa juga sih. hehhee.. Akhirnya kami pergi ke RS Panti Waluyo, karena menurut penjaga rumah tersebut si dokter ini praktek di sana juga dan kebetulan bapak saya juga mau check-up kesehatan (ceritanya lagi sakit). Eh, kan itu kami pergi pas hari Sabtu. Dan kata resepsionisnya dokter Anti memang praktek di situ, hari rabu dan Sabtu. Mendengar kata Sabtu kami berdua langsung sumringah. Tapi sayangnya hari Sabtu dokter Anti jaga praktek dari jam 13.00. Intinya nggak jodohlah ma dokternya ;P dan saya memutuskan Rabu besok mau ke sana..

Daaaaaannn tiba-tiba, senin dini hari tadi saya nggak bisa tidur karena dada saya rasanya nyeri banget. Saya ketakutan, takut kalau nyeri itu karena benjolan kecil di payudara sata TT.TT. Tangan saya langsung lemas dan saya jadi nggak bisa tidur. Rasanya sakit banget. Mau cerita ke orang rumah tapi situasi tidak memungkinkan, dan kebetulan bapak saya juga lagi sakit. Lagian itu juga tengah malam. Akhirnya saya cuma bisa nangis sendirian di kamar sambil nahan nyeri. Dan anehnya kagi, kalau tidur saya miring ke kanan rasanya nggak sakit, tapi kalau tidur telentang dan miring ke arah kiri itu kok nyerinya makin kerasa. Saya makin nggak bisa tidur. Ketakutan saya muncul karena rasa nyeri itu, dan tiap kali saya bayangin tumor payudara, nyerinya langsung kuat. Saya pun kemudian terduduk di atas kasur sambil menangis sesenggukkan karena rasa nyeri tersebut.

Karena nggak kuat lagi, akhirnya saya berdoa memohon kepada Tuhan utnuk mengurangi rasa nyeri tersebut. Saya mengambil kalung rosario dan memakainya sambil tidur. Tidak lupa saya juga berdoa salam maria sampai ketiduran. Dan paginya, Puji Tuhan saya tidak merasa nyeri lagi. Tapi tetep, hari Rabu saya mau check up. Tunggu sharingnya lagi ya kalau udah check up ;)

Semoga Tuhan memberikan yang terbaik dan senantiasa memberikan kesehatan. Amin

NEXT STORY ==> CLICK :)


With Love,

Ines Saraswati

Comments

Popular Posts